Bahasa menyediakan kelemahan dan kekuatan. Dan itu berpulang pada pengguna.
Menurut Putu Wijaya. Manusia yang tak berdaya akan dilumat oleh bahasa yang ambigu, sedangkan manusia yang perkasa justru akan dilatih tanggap dan kreatif oleh keterbatasan bahasa. Karena keterbatasan juga berarti lentur, supel "dan atau" fleksibel.
"Pertikaian" Manusia dengan Bahasa
Berdasarkan paragraf di atas, ada dua golongan manusia yang terperangkap pada kelemahan dan kekuatan bahasa.
Pertama. Manusia Tak Berdaya.
Sebab begitu mudah terperangkap pada ambiguitas bahasa. Dalam guyonan di kedai kopi, akan ditemukan percakapan ringan semisal :
"Masih merokok? Coba baca di kotak rokokmu. Ada tulisan Merokok dapat menyebabkan..."
"Itu kalau rokok dapat! Ini aku beli, bro!"
"Ngeyel! Nanti kalau..."
Nah. Gegara lemah, akhirnya gampang terprovokasi, mudah tersulut emosi bahkan mengajak serta hal-hal yang tak esensial dan signifikan dalam perdebatan di area publik.