Aku melihat sebatang pensil tergeletak di antara tumpukan buku. Sepotong penghapus dan sebuah pulpen warna biru yang terhimpit kotak tisu. Dan, aku melihatmu. Seperti lembaran-lembaran kertas kosong tak bertuan.
Aku menjadi saksi segaris senyum yang kausimpan di bilik malu. Menikmati binar manik matamu di antara pijar cahaya lampu. Dan, kau seperti lembaran-lembaran kertas tanpa halaman.
Aku menatap meja kayu berdebu. Tak lagi tampak sebatang pensil, sepotong penghapus, sebuah pulpen dan tumpukan buku. Sepertimu, tenggelam di antara lembaran-lembaran kertas tisu.
"tak lagi ada memberi tanpa pamrih, dan menegur tanpa amarah."
Kau usap airmatamu di tubuhku.
Curup, 16.02.2021
zaldychan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H