"Ada empat persyaratan dalam setiap pernikahan bahagia. Yang pertama adalah keyakinan, dan sisanya adalah kepercayaan."
Sepakat dengan kalimat di atas? Boleh juga tidak sepakat, karena makna ikatan pernikahan tak sesederhana kalimat itu, ya?
Tak jarang, calon pasangan yang akan memutuskan menikah, acapkali mencari referensi yang ideal. Dengan harapan memperoleh jawaban serta gambaran pasti untuk membuka tabir misteri sebuah pernikahan. Setidaknya menambah keyakinan dan kepercayaan.
Bila berpijak dari pengalaman orang-orang yang menjalani pernikahan terlihat "adem ayem", maka pernikahan menjanjikan taman kebahagiaan. Sebaliknya, jika berkaca pada pengalaman pahit orang di sekitar, maka pernikahan pun menyediakan belantara penderitaan.
Menikah, tak lagi ikatan antara dua orang. Namun juga pelibatan keluarga besar bahkan jiran tetangga. Tak hanya bicara rasa cinta atau urusan finansial semata, termasuk di dalammya perihal agama hingga budaya.
Secara kiramologi, setidaknya ada tiga sudut pandang tentang persiapan pernikahan. Aku tulis, ya?
Pertama. Memasuki Gerbang Pernikahan seperti Memasuki Gerbang Tol.
Tak sekadar menyediakan dana ekstra untuk membeli tiket! Tak hanya memeriksa kondisi terbaik kendaraan yang dimiliki. apatah layak jalan dengan kecepatan stabil. Tapi juga kondisi fisik dan psikis pengendara, agar terhindar dari hal-hal di luar perhitungan atau mengerikan.
Begitu juga saat memutuskan menikah. Segala hal yang terangkum dalam bobot, bibit, bebet dipersiapkan. Agar jalannya pernikahan seperti jalan tol. Lancar jaya, tanpa hambatan. Tak jarang, malah menjadi beban! Seperti tarif tol yang setiap tahun naik, kan?