Malu beranjak malu-malu ke belakang pintu. Barisan senyum tergantung kaku di paku nomor satu. Deretan suara terbungkus plastik hitam di paku nomor dua. Beberapa sisa tawa meringkuk lesu di paku ketiga. Pintu mengunci sunyi.
Berapa lama malu?
Malam berbisik kepada rembulan, sepuluh hari ke depan batas akhir perjanjian. Biarlah langit merajut cerita apa adanya. Tak lagi ada senja sempurna. Tak lagi ada purnama. Tak perlu cahaya.
Untuk apa purnama?
Sebatang pensil tukang kayu berwarna merah saga, terjepit di daun jendela tanpa kaca. Tak lagi melukis angka, Tak pula menulis aksara. Sejak lama malu kepada purnama. Usai jejak maya tenggelam dalam kubangan putus asa.
Mengapa putus asa?
Segaris senyuman terjun bebas ke salah satu dinding. Di dalam kelas, papan tulis hitam ternoda ujaran masa silam yang hening.Â
Kau tak pernah belajar?
Wajah baru waktu menatapku. Cemburu pada masa lalu. Satu pesan telah hadir, sebagai kabar terakhir.
"Kalah jadi garang. Menang jadi babu!"
Curup, 04.01.2021
zaldychan