Dan, kau tak perlu tahu!
***
"Mau ke mana?"
"Susu Dedek habis, Mas."
"Biar Mas yang beli!"
Kau terdiam. Tak lagi bersuara, kembali ke kamar. Sejak pagi kulihat kegelisahanmu. Dan, akulah penyebab semua itu. Hari itu, ulang tahunmu. Seperti biasa, aku mengerjakan semua tugasmu sebagai istri. Kau tahu kebiasaan itu, sejak tahun pertama pernikahan. Itu caraku.
Hingga menjelang menit terakhir pergantian hari. Tak ada puisiku. Di hari ulang tahunmu. Kusaksikan kau berbalik badan, ketika kuhampiri. Kau berikan punggungmu. Aku tahu, ada tangismu malam itu.
"Terima kasih. Sudah menjadi ibu, bagi anakku."
Kau pasti mendengar ucapan itu, walau berupa bisikan. Pertama kali kulakukan, setelah tiga tahun pernikahan.
"Mas jahat..."
***
Pagi tadi, Kubaca tulisan pada sepotong kertas kecil yang tertempel di gelas berkopi. Tulisan tangan anak gadismu.
"Selamat ulang tahun, Ayah!"
Kau mungkin tak akan pernah mengerti. Dan tak perlu tahu, caraku menjejaki jalan sunyi.
Pada masanya nanti. Kau harus tahu. Gadismu, seperti gadisku. Dulu.
Curup, 20.10.2020
Zaldychan
[ditulis untuk Kompasiana]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H