Aku mengingatmu.
Langkah kakimu ragu melampaui garis pintu. Tertunduk malu, duduk dengan tubuh kaku di hadapku. Kau sebut nama ayahmu. Temanku.
Kau kembali bertamu.
Tak lagi malu atau ragu. Bertukar kisah puluhan tahun yang berlalu. Tentang perjuangan sebelum kelahiranmu. Karena itu, kau ajak serta ayahmu. Temanku.
Aku masih mengingatmu.
Ketika orang-orang asing memasang wajahmu menutupi halaman rumahku. Sejak awal aku tahu maksudmu. Tak usah pula mengajak ayahmu. Temanku.
Kau tak pernah lagi bertamu.
Waktu adalah satu-satunya alasanmu. Namun urai cerita dan derai air mata acapkali bertamu. Bersama kedatangan ayahmu. Temanku.
Aku pasti mengingatmu.
Jangan ragukan itu! Namun tak usah bertamu, tak pula harus bertemu. Cukup datangi makam ayahmu. Temanku.
Lupakan aku.
Jika kau lupa cara berdoa kepada Tuhanmu.
Curup, 06.10.2020
zaldychan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI