Suka bermain sepakbola? Atau antusias menonton pertandingan? Apa yang dirasakan saat menyaksikan sebuah partai final yang melibatkan kesebelasan kesayangan Anda?
Bisa saja, aliran darah mengalir deras, jantung pun bekerja lebih keras. Konsentrasi berlipat ganda, terkadang mengabaikan orang tercinta. Bahkan tersedia serenteng bom waktu, berwujud makian atau teriakan yang siap diletuskan pada momen-momen tertentu
Bagaimana jika ternyata hasil pertandingan, tak berujung kemenangan untuk tim kesayangan? Lahirkan amarah, sedih bercampur pasrah, atau malah ngedumel karena hasilnya menjengkelkan?
Kali ini, aku paparkan hal-hal yang menjengkelkan dalam sepakbola. Dan, sependektahuku, ternyata juga bisa terjadi dalam hal menulis. Apa hubungannya? Aku tulis, ya?
Pertama. Striker yang Tidak Mencetak Gol
Ingat! Tugas utama striker adalah mencetak gol! Pemilik klub mesti mengeluarkan biaya transfer yang mahal, demi memiliki penyerang yang yahud. Karena dalam sepakbola, ukuran kemenangan adalah jumlah gol. Bukan hompimpah!
Antrian panjang para fans untuk membeli tiket ke stadion, terkadang berhadapan dengan tukang catut, keributan di barisan atau lelah menunggu sambil berdesakan. Tujuannya sama. Melihat gol!
Atau, para penonton yang tak bisa menyaksikan langsung. Rela begadang menonton di layar televisi. Tak hanya ingin menyaksikan tim kesayangan bertanding. Namun, berharap menjadi saksi kemenangan penting. Dan itu ditentukan oleh jumlah gol!
Apa jadinya, kalau seorang penyerang itu, walau memiliki loyalitas dan komitmen yang tinggi. Tak henti berlari membuka ruang bagi rekan lain, membantu pertahanan serta mau berkorban untuk tim. Namun tak pernah mencetak gol?
Bagi penonton, peran apapun yang dilakukan oleh striker untuk tim, menjadi tak penting, jika tak mencetak gol. Apapun alasannya! Kasar bicara, "Sebagai penyerang, Anda dibayar untuk mencetak gol! Bukan berlari!"