bulir embun sibuk menyelimuti daun-daun. menemani serpihan rasa sakit di bilik lamun. tanpa rabab dan tanpa sebab dilanun.
aku berdiri di hadapmu. membiarkan bahu basahku menjadi tempat berlindung. menghadang terpaan angin yang menerjang. air mata.
kau masih mengingat itu?
kala butir hujan berjatuhan di tengah perjalanan pulang. sepi berteduh di bawah rindang mimpi yang menjulang.
aku seperti sehelai daun kering yang tertiup angin. tersesat di alur sungai yang mengalir hening. air mata.
kau masih mengingatku?
Curup, 11.09.2020
zaldychan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H