Ada saatnya, air mata menjadi pusat semesta. Ketika rasa tak lagi mampu diwakilkan oleh kata-kata.
Ia adalah dinding pertahanan paling tangguh. Saat rasa kehilangan tempat persembunyian, atau untuk menikmati kesunyian.
Namun, ketika rasa harus berlabuh. Terkadang air mata adalah pelabuhan paling rapuh.
Ia tak bisa meredam segala keinginan, yang terhempas paksa ke jurang dalam kehampaan. Tak lagi mampu menyajikan bayangan asa, yang mengubah tiada menjadi ada. Walau sesaat!
Hanya sesaat!
Adalah keliru memaknai. Bila air mata adalah muara rasa tanpa kata-kata. Sebab air mata tak mampu membasuh segala.
Adalah pilihan keliru berdamai. Ketika hanya bisa menyembunyikan, namun tak pernah sanggup menghentikan.
Andai air mata adalah butiran doa. Aku tak perlu lagi meminta.
Curup, 05.09.2020
zaldychan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H