Di pusat-pusat kota.
Tak lagi ada pemilik busur kata, yang cermat menghitung jarak dan membaca arah angin. Menghadirkan keheningan dan ketenangan. Melesatkan satu-persatu anak kata dengan kepastian sasaran.
Kata tertulis suka-suka, terlahir tanpa rasa duka.
Di pusat-pusat kata.
Kota merelakan diri seperti pohon kata, meliuk patuh pada embusan arah angin. Membiarkan dedaunan kata tak henti berguguran. Tanpa sekalipun menemui musim gugur. Tanpa jeda, berjatuhan tanpa makna.
Kata terlontar tanpa rasa suka. Tak lagi tanpa kata-kata.
Di pusat-pusat baca.
Aku hanya kamus tua. Membisu tak berdaya. Berdebu tak berguna. Hampa.
Curup, 28.08.2020
zaldychan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H