Aku mendengar ceritamu, sepanjang perjalanan pulang.
"Seru, Yah! Dua orang yang merobohkan dan memotongnya. Dua orang menguliti, dua orang membersihkan isi perutnya! Ayah juga lihat, kan?"
Suaramu menembus cahaya mentari sore.
"Terus, empat orang memotong juga menimbang daging dan tulang sekaligus memasukkan dalam kantong plastik. Satu orang menerima karcis, dan satu lagi membagikan."
Langkah kakimu ringan. Keringat menyapu wajahmu yang memerah.
"Ada yang membawa banyak kantong dibungkus karung, ada yang dapat dua. Nenek sebelah rumah dapat satu, Yah! Tadi juga ada teman sekelasku. Anak Pak RT!"
Tanganmu mengayunkan satu kantong plastik berwarna hitam.
"Bisa dimasak sate, bakso, dendeng, pindang, rendang! Wah, banyak macam, Yah? Pasti bumbunya juga banyak dan berbeda, kan?"
Mengembang senyummu, melihat kepalaku mengangguk tanda setuju.
"Tapi, Boy tak suka banyak bumbu, Yah!"
Langkahmu tergesa memasuki halaman rumah. Menuju pohon jambu, tak sabar membuka paksa kantong plastik hitam. Menebarkan isinya di hadapan Boy yang sibuk mengibas ekornya.