Manusia Indonesia perlu belajar tidur. Tapi, ini kesimpulan sementara atau hipotesa ngasal. Usai mendampingi lelaki kecilku, menjadi saksi sejarah perih pada seri pembuka balapan MotoGP di sirkuit Jerez, Spanyol.Â
Semula, wajah anakku begitu antusias menyaksikan jalannya lomba sehabis start. Marc Marquez, jagoan anakku, masih masuk tiga besar. Teriakan keras bernada sesalan, hadir saat pembalap Honda itu terjatuh di lap kelima. Anakku menikmati hening.
Sesuai julukannya Baby Alien, Marquez kembali ke lintasan dari posisi 20. Tak butuh waktu lama, satu persatu pembalap dilibas. Teriakan anakku kembali terdengar!
"Ayo Marquez! Potong lagi!"
"Satu lagi! Kereeen..."
"Potong Miller! Yes!"
Pembalap pemilik nomor 93 tersebut, sudah kembali berada di posisi ketiga. Tapi nahas! Juara musim kemarin itu, kembali terjatuh dengan keras, padahal tersisa 5 lap menjelang pertarungan berakhir. Tragis bagi Marquez. Tragis juga bagi anakku.
Wajah lelaki kecilku kusut. Sesaat terdiam. Siaran televisi berpindah chanel tanpa menunggu hasil akhir lomba. Aku? Ikut diam. Membiarkan anakku menyesapi kekecewaan.
Waktu bergerak lambat. Sebagai penguasa remot, anakku beberapa kali mengganti siaran. Namun tak pernah kembali pada stasiun televisi yang menayangkan motoGP. Aih, Anakku benar-benar kecewa. Hingga jelang pukul 10 malam, suaranya kembali terdengar.
"Yah! Bisa pinjam ponsel? Kakak mau baca berita, tadi yang menang siapa?"