Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan (Tak) Penting Hari Pertama Tahun Ajaran Baru

13 Juli 2020   22:03 Diperbarui: 13 Juli 2020   23:06 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Yah! Daring itu dibaca dering, ya?"

"Kan, dalam jaringan? Disingkat daring, Nakdis!"

"Kenapa guru Uni, ucapkan dering?"

"Dering telepon?"

Percakapan di atas, adalah salah satu dari beberapa catatan tak penting anakku, pada hari pertama sekolah. Akan aku tulis kali ini. Boleh, ya?

Sebelumnya, jika aku menulis tentang kesulitan jangkauan sinyal di tempat tinggalku di Kaki Bukit Barisan, mungkin ada yang lebih parah di daerah lain. Bahkan kubaca, bukan saja tentang sinyal, tapi ada yang belum memiliki gawai. Tuh, kan?

Semisal menceritakan tentang kesulitan orangtua menyediakan kuota internet? Atas nama "kewajiban orangtua" terhadap anak, apalagi urusan pendidikan, apa pilihan terbaikku selain berusaha memenuhi kebutuhan kuota itu, kan?

Awalnya, aku mau menulis cerita seorang teman yang berprofesi guru, yang masih sulit menaklukkan beberapa fitur di ponselnya untuk mempersiapkan pembelajaran daring serta keluhan pada kemampuan memori ponsel yang terbatas akibat kebutuhan itu.

Kukira, hanya urusan adaptasi dengan kemajuan teknologi, tah? Selain memang faktor usia temanku itu, nyaris memasuki usia pensiun. Jika ada yang bilang, namanya guru itu harus siap, Bro! Oh, temanku itu pasti siap. Wong pengalaman mengajarnya lebih dari 30 tahun!

Hanya, merasa iba juga. Bayangkan, sosok guru hampir berusia hampir 60 tahun, idealnya memberikan kemampuan terbaik di masa akhir tugasnya, malah bersiap menyusun kenangan akan "kegagalan" paripurna sebagai guru akibat gagap beradaptasi.

Aih, jika menulis tentang keluh kesah kisah orangtua, guru dan siswa saat memulai hari pertama bersekolah di masa korona ini, bakal terasa sentimentil, ya?

Ilustrasi orangtua membeli peralatan sekolah. (sumber gambar : https://pekanbaru.tribunnews.com)
Ilustrasi orangtua membeli peralatan sekolah. (sumber gambar : https://pekanbaru.tribunnews.com)
Jadi, aku cerita tentang keseruan yang biasanya kurasakan, saat anakku memasuki hari pertama bersekolah saja, ya?

Biasanya, satu minggu sebelum masuk sekolah, aku meminta anakku menulis daftar kebutuhannya masing-masing terhadap perlengkapan belajar. Kemudian bersama-sama membelinya. Karena ada yang SMA, SMP dan SD, maka kebutuhannya berbeda, kan?

Apakah semuanya baru dan dibeli? Jawabannya, tidak! Saat liburan, anak-anakku sudah menyusun mana perlengkapan sekolah yang masih bisa dipakai, dan mana yang sudah habis terpakai. Semisal buku tulis, sampul buku, pena, pensil, penghapus dan lain-lain.

Letak keseruannya di mana? Saat anak-anak memilih dan menentukan jenis, bentuk serta jumlah kebutuhan! Dan, bertahun kunikmati perdebatan antar mereka. Misalnya?

"Buku ini aja, Kak! Kertasnya bagus!"

"Kakak udah besar. Masa bukunya gambar doraemon?

"Kan nanti disampul?"

"Tapi mau sampul motor balap!"

"Uni batik aja! Bilang Ayah, Jangan yang ada perkalian di belakang sampulnya!"

Itu baru masalah sampul buku! Belum lagi setiap mereka punya merek favorit atau merasa nyaman dengan alat yang selama ini biasa digunakan. Tugasku? Hanya kebagian fungsi sebagai juru bayar! Hiks...

Ilustrasi bahan menyampul buku. keseruan yang tertunda (sumber gambar : http://hana-mibyhana.blogspot.com/2016/08/menyampul-b.html)
Ilustrasi bahan menyampul buku. keseruan yang tertunda (sumber gambar : http://hana-mibyhana.blogspot.com/2016/08/menyampul-b.html)
Keseruan itu akan berlanjut ketika sampai di rumah. Masing-masing anak akan membuat wilayah kerja sendiri, kemudian sibuk menyampul buku dan menyusun rapi di meja belajar masing-masing.

Parahnya, di pagi hari pertama sekolah, yang dibawa malah buku bekas di dalam tas! Alasan anakku, hari pertama belum belajar. Hanya mencatat jadual pelajaran, serta bersih-bersih kelas!

Momen membeli dan menyampul buku ini, belum kualami! Anak-anakku belum menyerahkan daftar kebutuhan. Alasannya, belinya nanti saja kalau memang butuh. Karena saat ini, belajarnya daring. Menurut anakku, cukup dengan satu buku saja!

Termasuk anak gadisku yang baru masuk SMP. Sejak jauh hari, sudah memberi aba-aba dan memang waktunya, jika butuh tas dan sepatu baru. Namun masih menunda keinginan itu.

Alasannya bukan karena, sepatu dan tas itu belum akan terpakai, karena belajar dari rumah. Menurut anak gadisku, bilang teman dekat saat SD yang masih satu sekolah di SMP, belum ada model tas dan sepatu terbaru! Jadi, menunggu dulu. Biar kompak. Halah!

Proses pemilihan ketua kelas (sumber gambar : https://www.tintapendidikanindonesia.com/)
Proses pemilihan ketua kelas (sumber gambar : https://www.tintapendidikanindonesia.com/)
Nah, itu tadi cerita persiapan sebelum hari pertama sekolah, kan?  Bagaimana pada hari pertama sekolah?

Biasanya, saat menjemput pulang dari sekolah. Di atas motor, anak-anakku akan bercerita sepanjang jalan pulang. Seperti kisah tahun hari pertama sekolah setahun lalu.

"Tadi pemilihan ketua kelas, Yah!"

"Uni, kemarin sekretaris. Kini jadi seksi keamanan!"

Bagi lelaki kecilku, yang tahun ini duduk di kelas 5 SD. Pemilihan ketua kelas adalah salah satu momen prestisius! Karena jabatan ketua atau wakil ketua kelas itu bergengsi!

Berbeda dengan anak gadisku. Beberapa tahun jadi sekretaris, kelas 6 kemarin jadi seksi keamanan.  Alasan wali kelas, jika anak gadisku mencatat nama teman laki-lakinya yang melanggar peraturan dan berujung denda, tak ada yang protes!

Kali ini, tak ada keseruan cerita anakku tentang hari pertama bersekolah. 

Pagi tadi via WA belum ada pelajaran. Hanya menonton dan mendengarkan dari video acara pembukaan tahun ajaran baru dan sambutan kepala sekolah serta wali kelas masing-masing.

"Uni mulai besok belajarnya."

"Kakak juga besok, Yah!"

"Besok pagi, jangan lupa beli kuota, Yah!"

Begitulah! Kuharap anakku bisa beradaptasi dengan proses belajar dan bersekolah selama pandemi. Kukira, kisah seperti ini bukan aku saja yang alami, kan?

Curup, 13.07.2020

Zaldychan

[ditulis untuk Kompasiana]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun