Parahnya, di pagi hari pertama sekolah, yang dibawa malah buku bekas di dalam tas! Alasan anakku, hari pertama belum belajar. Hanya mencatat jadual pelajaran, serta bersih-bersih kelas!
Momen membeli dan menyampul buku ini, belum kualami! Anak-anakku belum menyerahkan daftar kebutuhan. Alasannya, belinya nanti saja kalau memang butuh. Karena saat ini, belajarnya daring. Menurut anakku, cukup dengan satu buku saja!
Termasuk anak gadisku yang baru masuk SMP. Sejak jauh hari, sudah memberi aba-aba dan memang waktunya, jika butuh tas dan sepatu baru. Namun masih menunda keinginan itu.
Alasannya bukan karena, sepatu dan tas itu belum akan terpakai, karena belajar dari rumah. Menurut anak gadisku, bilang teman dekat saat SD yang masih satu sekolah di SMP, belum ada model tas dan sepatu terbaru! Jadi, menunggu dulu. Biar kompak. Halah!
Biasanya, saat menjemput pulang dari sekolah. Di atas motor, anak-anakku akan bercerita sepanjang jalan pulang. Seperti kisah tahun hari pertama sekolah setahun lalu.
"Tadi pemilihan ketua kelas, Yah!"
"Uni, kemarin sekretaris. Kini jadi seksi keamanan!"
Bagi lelaki kecilku, yang tahun ini duduk di kelas 5 SD. Pemilihan ketua kelas adalah salah satu momen prestisius! Karena jabatan ketua atau wakil ketua kelas itu bergengsi!
Berbeda dengan anak gadisku. Beberapa tahun jadi sekretaris, kelas 6 kemarin jadi seksi keamanan. Â Alasan wali kelas, jika anak gadisku mencatat nama teman laki-lakinya yang melanggar peraturan dan berujung denda, tak ada yang protes!
Kali ini, tak ada keseruan cerita anakku tentang hari pertama bersekolah.Â