Biasanya, satu minggu sebelum masuk sekolah, aku meminta anakku menulis daftar kebutuhannya masing-masing terhadap perlengkapan belajar. Kemudian bersama-sama membelinya. Karena ada yang SMA, SMP dan SD, maka kebutuhannya berbeda, kan?
Apakah semuanya baru dan dibeli? Jawabannya, tidak! Saat liburan, anak-anakku sudah menyusun mana perlengkapan sekolah yang masih bisa dipakai, dan mana yang sudah habis terpakai. Semisal buku tulis, sampul buku, pena, pensil, penghapus dan lain-lain.
Letak keseruannya di mana? Saat anak-anak memilih dan menentukan jenis, bentuk serta jumlah kebutuhan! Dan, bertahun kunikmati perdebatan antar mereka. Misalnya?
"Buku ini aja, Kak! Kertasnya bagus!"
"Kakak udah besar. Masa bukunya gambar doraemon?
"Kan nanti disampul?"
"Tapi mau sampul motor balap!"
"Uni batik aja! Bilang Ayah, Jangan yang ada perkalian di belakang sampulnya!"
Itu baru masalah sampul buku! Belum lagi setiap mereka punya merek favorit atau merasa nyaman dengan alat yang selama ini biasa digunakan. Tugasku? Hanya kebagian fungsi sebagai juru bayar! Hiks...