Bagi seorang anak yang baru pertama sekali bersekolah. menyambut tahun ajaran baru, adalah momentum spesial. Terbayang, suasana baru, teman baru, serta bertemu guru. Yang terpenting, merasa semakin besar seperti anak yang lain. Walau berbeda warna seragam.
Begitu juga bagi orangtuanya. Hadir rasa bangga saat mendaftarkan anak, merasakan kepanikan jika nak tak mendapatkan sekolah yang diinginkan, atau terbayang akan terlibat riuh pembicaraan dengan teman-teman yang anaknya lebih dulu bersekolah.
Dengan berbagai keterbatasan, orangtua berusaha untuk memenuhi kebutuhan anak bersekolah. Apakah biaya pendaftaran, baju seragam, tas dan sepatu serta seperangkat perlengkapan sekolah.
Terlepas dari beragam kewajiban di atas, kukira ada beberapa hal yang terlupakan. Bahkan jamak dilakukan orangtua, yang malah bertentangan dengan misi bersekolah. Apa saja? Aku tulis, ya?
Pertama. Terlontar kalimat, "kami dulu...."
Nah, ini kalimat sakti yang acapkali membuat lawan bicara bertekuk lutut. Apalagi anak-anak, yang dihujani dengan berbagai cerita prestasi yang telah diraih ayah dan ibunya. Kukira anak akan mendengarkan, namun kalimat itu, pelan-pelan berubah menjadi tekanan.
Awalnya, berniat untuk memberikan motivasi. Namun, gegara keseringan, malah membuat anak jadi sewot! "Hah? Dulu itu, waktu kuda sebesar telur itik?"
Tak hanya pada anak, ucapan "kami dulu" itu tersebar dan beredar ketika berhadapan dengan guru di sekolah atau sesama orangtua calon siswa.
Kedua. Lupa berpesan "nikmatilah bersekolah!"
Pesan ini juga acapkali lupa disampaikan oleh orangtua. Apatah lagi setelah menghadapi kenyataan usaha serta biaya yang dikeluarkan untuk tak mudah dan murah. Seringkali yang tersampaikan pada anak adalah pesan "belajarlah yang rajin!"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!