Alih-alih menjadi solusi, keputusan dan kebijakan yang diambil secara cepat malah melahirkan ruang-ruang kontradiksi!
Kecepatan dibutuhkan jika menjadi solusi. Namun jika bukan sebagai solusi, kenapa tak mencoba sejenak menahan diri?
Seperti peserta lomba cerdas cermat di babak rebutan. Semua regu tak hanya, harus melakukan tindakan cepat memencet bel, namun juga menghitung resiko, jika ternyata jawaban itu kemungkinan salah.
Jika tak mampu menjawab, tindakan paling aman adalah tidak memencet bel! Jika tetap nekat, besar kemungkinan akan mengalami pengurangan nilai, kan?
"Saya tidak pernah melibatkan diri dalam suatu hal, tanpa lebih dulu menyiasati jalan keluarnya. Selain itu, saya tidak pernah ke dalam sebuah situasi, lalu terburu-buru ingin segera keluar lagi"
Kalimat panjang ini adalah jawaban Amru bin Ash (Gubernur Mesir) saat ditanya caranya memimpin di Mesir oleh Khalilifah Muawiyah. Seperti dinukilkan Paulo Coelho dalam buku "Kitab Suci Kesatria Cahaya".
Begitulah. Terkadang kecepatan tak mampu mengatasi kesabaran. Namun, kesabaran pasti mampu mengatur kecepatan. Dan ini, berlaku di seluruh aspek kehidupan. Agar tak menhadirkan penyesalan.
Curup, 04.05.2020
[ditulis untuk Kompasiana]