"Kebencian tak akan selesai jika dibalas dengan kebencian. Tetapi dengan memaafkan dan cinta kasih, maka kebencian akan lenyap."
Kalimat ini kukutip dari Dhammapada ajaran Budha. Suatu ajakan melakukan perenungan pada segala pebuatan dan selalu hidup penuh cinta kasih tanpa kebencian.
Refleksi ini sejalan dengan tema perayaan Hari Raya Trisuci Waisak 2564 "Dengan kesadaran Dharma Kita Tingkatkan Kepedulian Sosial Demi Keutuhan Bangsa" yang jatuh pada hari ini, tanggal 7 Mei 2020.
Hari Raya Waisak sendiri di kalangan Umat Budha, Biasanya merayakan dengan pergi ke Vihara. Melakukan ritual puja bhakti yang bertujuan mengingat kembali ajaran sang Budha. Mencontoh perilaku sang Budha dan melaksanakan ajaran sang Budha.
Bagi Umat Budha, bermakna menaati aturan moral seperti menghindari pembunuhan makhluk hidup, mencuri, perbuatan asusila, berbohong dan mabuk-mabukan. Lima larangan itu pun dikenal anak bangsa dengan sebutan "mo limo".
Seperti tetanggaku yang penganut Budha, jika Hari Raya Waisak biasanya juga akan melakukan aksi sosial. Menghimpun dana untuk membantu fakir miskin, melakukan aksi donor darah atau melakukan aksi kebersihan.
Keutuhan anak bangsa di uji di tengah pandemic covid-19, Begitu juga yang dilakukan Umat Budha saat merayakan hari sucinya. Begitu juga dengan momentum bulan suci Ramadan, yang membuka pintu seluas-luasnya bagi umat muslim berlomba melakukan kebaikan.
Tak peduli, penerima bantuan itu siapa, penganut agama apa, atau dikenal atau tidak! Makna kebhinekaan, solidaritas dan toleransi dalam bingkai kebangsaan berjalan dengan semestinya. Tanpa ada kecurigaan dan penuh ketulusan.
Benang merah atas nama kemanusiaan menjadi perekat dari perbedaan ajaran agama yang dianut.
"Dengan persaudaraan dan gotong royong, kita akan berjalan bersama melewati segala ujian dan kesulitan. Selamat Harri Trisuci Waisak 2564. Semoga semua makhluk tetap saling mengasihi."