Atau mencari tahu, bagaimana dengan teman seperjuangan baik satu sekolah, saat kuliah atau satu pekerjaan? Masihkah dengan kondisi yang sama seperti tahun lalu? Atau adakah anggota keluarga yang baru dilahirkan dan sudahkah bertemu mereka?
Bagiku, rangkaian pertanyaan ini, membantuku menghubungkan titik-titik peristiwa kehidupan yang aku alami setahun terakhir. Menjadi ajang refleksi dan evaluasi spiritual diri. Apa yang telah kulakukan, dan apa saja yang belum mampu aku kerjakan.
Kedua. Tegar menjalani hidup pada hari ini.
Setiap suatu kejadian, pasti ada hikmah, kan? Namun tak hanya hikmah, namun juga nilai-nilai sebagai pembelajaran diri dengan mengulang, menyigi dan mengambil hikmah dari hal-hal yang telah berlalu.
Jika itu dlakukan, biasanya akan membantu setiap keputusan, tindakan atau perbuatan yang akan dilakukan pada hari ini. Tak kan ada hari kemarin, jika tak ada hari ini. pun tak ka nada hari esok, jika tak mampu melewati hari ini, tah?
Aku pun begitu. Ramadah kali ini, aku menjalani apa yang musti aku lakukan. Baik untuk diri pribadi atau untuk orang-orang di sekitarku. Kekadang jadi berfikir, percum jug mengeluh, toh tak akan mengubah keadaan. Kecuali kita mengubahnya! So? Show must go on, kan?
Ketiga. Bisa mempersiapkan hari esok.
Ada ungkapan bijak orang dulu yang biasanya ditanamkan pada anak-anaknya.
“Berusahalah untuk duniamu, seakan-akan kamu hidup selamanya. Namuk kerjakanlah untuk akhiratmu, seakan kamu mati besok!”
Aku tak bisa seperti ahli ibadah yang sebulan penuh menyiapkan perjalanan rohani dan spiritualnya. Pun bukan pengusaha yang mampu menyimpan banyyak harta untuk kubagikan sebagai harta warisan atau membuat yayasan.
Ramadan kali ini, aku hanya mencoba menyiapkan diri lebih baik lagi, agar bisa menghadapi kehidupan hari esok, semampu dan semampusku.