Pertama. Sebagai Pengikat (Bonding)
Jatuhnya korban, angka penderita yang terus menanjak setiap hari, serta belum ditemukannya cara yang ampuh untuk menanggulangi wabah corona. "Mengajak pulang" kesadaran bersama, sebagai anak bangsa.
Kesadaran senasib sepenanggungan, menjadi pengikat untuk melakukan upaya membantu dengan menyingsingkan lengan baju. Dengan harta, tenaga dan kapasitas yang dimiliki. Tak lagi berfikir siapa dan di pihak mana? Bukan lagi tentang pengikut atau penganut agama apa?
Dan, keterikatan ini selalu ada! Jika ada yang pernah terlibat bahkan menetap di daerah bencana, akan memahami "keterikatan" tak kasat mata ini, sebagai modal sosial yang istimewa.
Kedua. Sebagai Penghubung (Bridging).
Contoh paling realistis yang bisa kuberikan adalah, kegiatan membuat dan membagikan masker yang dilakukan Mbak Leya Cattleya bersama teman-teman dan jejaring yang dimiliki. Sila lihat tayangan setiap hari di linimasa facebook Beliau.
Mbak Leya menjadi "penghubung" dari donatur, produsen hingga kepada siapa atau daerah mana yang menjadi sasaran peruntukan masker yang telah dibuat.
Pada contoh ini, sosok Mbak Leya adalah penghubung sekaligus pengelola sumber daya yang dimiliki orang-orang di sekitarnya. Untuk bersama melakukan gerakan sosial melalui upaya menyiasati ketersediaan masker yang mulai langka.
Ketiga. Sebagai Penyambung (lingking) Tatanan Sosial.
Mari lihat betapa luar biasanya kapasitas anak bangsa. Baik secara individu atau berkelompok. Mereka berinisiatif membuat tutorial cara mencuci tangan, berlomba saling mengingatkan himbauan pemerintah untuk membatasi penyebaran corona dengan social atau physical Distancing.
Atau beberapa sekolah SMK serta dan kelompok masyarakat yang berkreasi membuat masker, hand sanitizer, atau melakukan tindakan swadaya melakukan penyemprotan cairan disinfektan secara mandiri.