"Kamu baik-baik aja, kan?"
Aku kembali mencoba tersenyum sambil anggukkan kepala. Kukira, kali ini berhasil. Andi menyandarkan tubuhnya ke kursi tamu. Memperbaiki posisi duduk, menghadapku.
Aku masih menyisir sebab kehadiran Andi malam ini. Tiga hari tak bertemu, kukira belum cukup menjadi alasan untuk kedatangan yang tiba-tiba. Kabut sunyi beranda segera lenyap, saat kudengar suara Andi.
"Kemarin, si Botak hubungi aku. Kenapa..."
"Tadi malam udah aku email! Kan, belum deadline?"
"Kau sudah mengerti si Botak, kan?"
Kuanggukkan kepala sambil berusaha menahan tawa. Si Botak adalah julukan buat supervisor divisi pemasaran. Tempat aku dan Andi tergabung.
Ruang-ruang kosong beranda, segera terisi penuh. Mulai dari membicarakan si Botak  yang cerewet tapi baik hati. Berlagak seperti bos, tapi royal dengan kolega di bawah naungannya. Hingga pindah tema pada target divisi tahun ini yang kemungkinan besar terimbas karena pandemic coronavirus.
"Kamu pasti bosan di rumah, kan?"
"Sangat!"
"Tapi aku..."