"Bang, Artikel kemarin perluasan konsep parenting?"
"Artikel yang mana?"
"4 Karakter Netizen?"
"Oh! Itu adaptasi dari karakter anak! Haha..."
"Dasar Nunchi!"
Malam tadi, dengan keterbatasan waktu, aku menulis artikel tentang 4 Karakter Netizen saat #dirumahaja, yang aku adaptasi dari konsep karakter anak. Seperti biasa, kemudian kubagikan di WAG Parenting.
Dari percakapan siang tadi, aku malah jadi mengingat satu kata kunci "Nunchi". Ternyata, aku belum menulis tentang ini.
Selain dikenal sebagai salah satu Negara maju, Korea memiliki drama korea (Drakor) yang mengharu biru dan romantis yang digandrungi ibu-ibu, atau budaya dan musik K-Pop yang disukai anak-anak muda seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Maka Nunchi adalah salah satu tradisi yang sudah berlaku belasan abad lalu. Jadi, kutulis saja, ya?.
Dari Wikipedia, Nunchi adalah gabungan dua kata. Nun berarti "mata", dan Chi bermakna "ukuran". Secara harfiah disebut juga dengan "ukuran/kekuatan mata".
Pada tradisi Korea, Nunchi adalah kemampuan untuk mengukur dan mendengarkan suasana hati seseorang. Hal itu menjadi kunci hubungan interpersonal. Pada budaya barat, Konsep ini masuk pada kecerdasan emosi.
Ada juga yang mendefinisikan Nunchi sebagai kepekaan sosial yang tinggi, untuk membaca dan menilai suasana hati seseorang dengan melihat dan mendengarkan. Maka pemilik Nunchi, akan digelari "pembaca pikiran".
Terkadang, apa yang terucap, tak sama dengan yang terlihat, kan? Atau tak semua yang dipikirkan, bisa dengan lugas diucapkan, tah? Apalagi jika tak ada sinkronisasi dengan sikap tubuh atau perilaku.
Jadi, Nunchi adalah cara untuk menyelami pemikiran dan perasaan orang lain untuk membangun kepercayaan, hubungan relasi atar individu yang sehat dan kuat, untuk kemudian menciptakan kehidupan yang harmonis.
Ada tiga aspek penting dari Nunchi. Mata, telinga dan Pikiran yang tenang. Akumulasi ketiganya, akan menciptakan dampak positif yang berwujud kecerdasan sosial. Aku tulis semampuku aja, ya?