"Uni...! UN gak jadi!"
"Hah?"
"Baca ini, Nakdis!"
Anak gadisku, kelas 6 SD. Tekun membaca salah satu situs berita online. Tentang kesepakatan DPR dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meniadakan Ujian Nasional, untuk melindungi siswa dari Covid-19.
Antusiasku pupus saat melihat reaksi anakku. Tak ada gurat senang karena terbebas dari beban. Tak ada ungkapan bahagia atau teriak menghempaskan tekanan. Tak ada!
"Masuk SMP itu, syaratnya nilai UN, Yah?"
"Pakai nilai ijazah, Nak!"
"Padahal Uni..."
Aih, mengalirlah deretan kisah gadisku. Seakan mengulang kejadian dari awal naik ke kelas 6 dulu. Aku berusaha memahami lontaran peluru itu. Aku ceritakan saja, ya?
Sekolah anakku memakai konsep full day school. Hari Senin-Kamis, kegiatan belajar sampai pukul 4 sore (sesudah ashar). Hari Jum'at pulang pukul 2. Hari Sabtu, khusus ekstrakurikuler, sampai pukul 10.