Sisanya, kemudian mencari kesalahan teman-teman yang bertugas, atau mendengar dengan takzim nasihat pembina upacara yang tak jelas. Sesekali, terlibat aktif menjahili teman sekelas.
Terkadang, bersiap disetrap guru piket. Gegara tak mengenakan atribut lengkap. Atau sengaja memilih datang terlambat, biarlah dihukum asal tak upacara. Highig...
Nah, jika di pagi senin ada mata pelajaran yang tak disukai dan diajari guru yang killer! Menjadi paket lengkap, bila PR-pun lupa dikerjakan. Penderitaan hari senin menjadi paripurna. Bisa dibayangkan jika sekian tahun, dan setiap awal pekan melalui itu?
Akan beda kondisinya. Jika pada hari senin itu, kembali bertemu suasana sekolah yang mengasyikkan. Menjumpai guru-guru idola yang ghantenk dan syantiq. Serta teman-teman sehati dan serasa. Hari senin di posisi Luph nian!
Apatah lagi, jika ada kerinduan pada seseorang yang dekat di hati, dekat di mata namun jauh dari jangkauan. Karena tersendat urusan keberanian dan kesempatan mengungkapkan "rasa suka". Jika saat itu, "kata cinta" belum layak diucapkan. Aduhaaaay....
Maka, perjalanan libur hari minggu, menjadi sangat mengganggu rasa rindu. Rasanya tak sabar segera bertemu hari senin! Ahaaay!
Eh lupa! Saat itu, bagiku pribadi, hari senin semasa sekolah adalah jalan untuk mendapatkan uang jajan. Gegara aturan dasar orangtuaku, kalau liburan, uang jajan juga ikut liburan! Itu, kenangan masa sekolah!
Saat memasuki dunia kerja. Maka hari senin jadi tak lagi sama. Walaupun ada juga yang masih melakukan upacara, apel atau sejenisnya, kan? Mungkin juga, akan ada aneka kisah tentang "love or hate monday".
Seperti senin ini, walaupun belum ada informasi valid, jika wilayah Curup tempat tinggalku, ada yang terpapar virus corona. Tapi di tempat kerjaku sepi. Tak ada cerita unik, seru atau menggelikan yang berseliweran selama waktu kerja. Â
Dari beberapa percakapan ringan dengan teman sekerja yang hadir, aku menyimak tentang kecemasan dan kekhawatiran akibat berita yang didapatkan. Entah bersumber dari media nasional atau media sosial.