Mata itu menatap tajam ke arah jalan. Mengintai gerak tak hirau orang-orang yang lalu lalang. Padahal matahari telah dua kali bergeser dari bayangan. Tanpa suara, tanpa pesan apa-apa.
Sesekali wajah itu menengadah ke langit!
Mata itu kembali mengawasi jalan. Berharap menyapa satu, dua bahkan banyak kendaaan. Namun hirau mengajak harap kembali bersembunyi. Menikmati alur kehidupan tak seperti mimpi.
Wajah itu menatapku. Menyajikan satu senyuman lesu. Di antara kilatan mata yang menelan ragu. Hingga satu lontaran kalimat kelu menyapa kaku,
"Beli buah, Bang?"
Tetiba wajahku menghadap langit. Berjanji menelan rasa sakit.
Curup, 02.03. 2020
zaldychan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H