Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menunggu Perjalanan Waktu

29 Februari 2020   05:39 Diperbarui: 29 Februari 2020   05:52 1169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Entahlah!
Mungkin aku akan membunuh pagi. Seperti cahaya mentari yang melenyapkan butiran embun di kelopak melati.

Hingga tak ada kegiatan terjaga dari tidur, kembali dan berulang kali merapikan kasur, menimba dan manyapu wajah kusam di sumur, atau sekedar menjerang air untuk secangkir kopi di dapur.

Entahlah!
Mungkin akupun akan merajah matahari. Seperti para pemecah batu yang menyimpan bisu pada pukulan-pukulan peredam pilu.

Kemudian membagikan serpihannya pada orang-orang yang merajut sepi. Agar mereka memiliki cahaya abadi di dalam hati. Bahwa mereka tak sendiri, atau setidaknya mereka tak tenggelam dalam sunyi.

Dan,
Jika tak ada pagi, pun tak lagi pernah ada mentari merajai hari. Aku akan mengurung senja dalam mimpi.

Biar tak tenoda kegelapan malam, yang sentiasa bersiap menikam. Ketika ruang-ruang paling rahasia, mengurai kembali sandiwara jiwa yang pernah tercipta.

Mungkin aku adalah kau, yang lelah menunggu perjalanan waktu.

Curup, 29. 02. 2020
zaldychan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun