Sesiapapun akan bahagia, jika memiliki keluarga yang harmonis, dengan kehangatan dan rasa cinta yang selalu terjaga. Namun terkadang, hal itu sukar diwujudkan, ketika saluran komunikasi antar anggota keluarga tersendat.
Komunikasi yang nyaman di antara anggota keluarga, semisal pasangan orangtua, antara orangtua dan anak, atau antara anak dengan anak, bisa menjadi kunci kebahagiaan itu. Komunikasi yang baik menciptakan suasana yang erat dan kondisi yang positif.
Jika komunikasi berjalan lancar dan tanpa sekat, akan mampu mencegah salah pengertian atau salah paham yang berujung masalah. Komunikasi yang "mengalir" akan memudahkan semua anggota untuk mengekspresikan sikap dan berperilaku.
3 Faktor penghambat Kelancaran Komunikasi Keluarga
Menurut beberapa artikel parenting yang kubaca, setidaknya ada tiga faktor yang menjadi penghambat kelancaran komunikasi di dalam keluarga. Aku tulis, ya?
Pertama : Kesibukan anggota keluarga yang menggerus waktu bersama. Ini mungkin alasan klasik. Namun acapkali ditemukan atau malah dialami. Semisal Ayah dan ibu yang sibuk bekerja, anak yang melakukan rutinitas bersekolah.
Susahnya, jika ada waktu berkualitas pada sore atau sesudah magrib, ayah mungkin punya agenda di lingkungan sekitar, ibu menyelesaikan urusan rumah tangga atau di dapur. Anak? Sibuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Kondisi demikian menjadi pemicu renggangnya ikatan dan komunikasi keluarga perlahan.
Kedua. Tak memahami pola atau gaya komunikasi di antara anggota keluarga. Setiap orang akan berbeda cara berkomunikasi. Ada yang tegas dan keras hingga tanpa disadari menghadirkan rasa takut. Ada yang aktif (cerewet?) dan sering hadirkan rasa jengkel. Juga ada yang bicara seperlunya atau pendiam.
Memahami pola atau gaya komunikasi setiap individu, akan memandu semua anggota keluarga menyesuaikan diri dengan memilah dan memilih cara terbaik, agar komunikasi terjalin. Sehingga efektifitas komunikasi menghadirkan rasa nyaman antar kedua belah pihak. Â Â
Ketiga. Berkumpul, tapi tak saling bicara. Saling bicara namun tak merasakan kebersamaan. Beberapa kali pernah kutulis tentang ini. Semua anggota bisa saja berkumpul dalam satu ruangan. Namun, Ayah membaca koran atau buku, ibu menonton televisi dan anak-anak sibuk dengan gawai atau tugasnya.