Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dear Guru! Hati-hati "Jebakan" Teacher Talking Time

19 Februari 2020   15:52 Diperbarui: 19 Februari 2020   15:52 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pexels.com

"Ini sekolah, bukan rumah! Kalau mau tidur, pulang!"

"Diaaam!"

"Hei kamu yang di belakang! Perhatikan saya!"

Saat sekolah dulu, pernah mendengarkan guru melontarkan kalimat ini? Atau bagi seorang guru, pernahkah melakukan ini?

Terkadang, guru jengkel bahkan emosi saat proses kegiatan belajar mengajar, tetiba melihat siswa yang tertidur, atau ada siswa yang sibuk bercerita dan cekikikan dengan teman sebangku di barisan belakang.

Adalah hal wajar jika kemudian guru berkeinginan menjadi pusat perhatian saat menjelaskan materi ajar. Berusaha melakukan dengan cara yang menarik, dan berharap semua siswa di kelas mengerti dan memahami.

Sebagian guru memaknai, mengajar adalah berdiri dan berbicara di depan kelas untuk menjelaskan materi ajar. Dan menganggap "habitat sejati" guru adalah berbicara. Pasti berasa ada yang kurang, mengaku mengajar tapi tak berbicara. Iya, kan?

Pertanyaannya, berapa lama waktu guru menjelaskan materi itu?

Illustrated by pexels.com
Illustrated by pexels.com
Sekilas tentang Teacher Talking Time

Teacher Talking Time (TTT), adalah istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan berapa banyak guru berbicara selama jam pelajaran. Konsep ini mengajak guru menghitung ulang, berapa besar dominasi guru dibandingkan dominasi siswa di dalam kelas.

Aku coba menghitung. Jika dua jam pelajaran (2x45 menit) dengan 30 orang siswa di kelas. Artinya durasi waktu total adalah 90 menit. Bila seorang Guru menghabiskan 60 menit berbicara, maka setiap siswa hanya memiliki 1 menit waktu berbicara selama dua jam pelajaran!

Jejangan, gegara waktu pelajaran dihabiskan oleh guru dengan metode ceramah, maka kemudian reaksi siswa adalah mengantuk, tak konsentrasi, merasa bosan atau malah tertidur.

Apalagi jika materi ajar itu dianggap berat, waktu belajar pada jam-jam rawan (siang atau sesudah zuhur) dengan perut yang lapar. Lengkap sudah!

Apa yang harus dilakukan? Memindahkan dominasi waktu bicara di kelas!

Illustrated by pexels.com
Illustrated by pexels.com
Dari Teacher Talking Time (TTT) menjadi Student Talking Time (STT).

Ada baiknya, guru perlahan mulai mengurangi waktu bicara di kelas. Dan waktu bicara kelas musti dimaksimalkan. Alasannya?

Pertama. Waktu bicara guru terlalu banyak dibanding waktu bicara siswa. Padahal, jika menilik segitiga cara belajar (Audio -- Visual - Audio Visual), tak semua siswa mampu menyerap pelajaran dengan mendengarkan, tah?

Kedua. Sejumlah besar waktu bicara guru menyebabkan hilangnya konsentrasi juga mengurangi waktu belajar bagi siswa, karena waktu dihabiskan oleh guru yang sibuk bicara. Dampak bagi guru? Lelah dan capek, kan?

Ketiga. Penjelasan panjang guru akan menghadirkan kebosanan, juga sulit diikuti dan dimengerti siswa. Kuambil contoh, ibarat siswa yang membaca dan menghapal paragraf yang panjang tanpa jeda! Apalagi, jika guru menggunakan istilah-istilah baru bagi siswa. Hiks...

Keempat. Banyaknya waktu bicara guru itu, mengurangi kesempatan siswa untuk melatih dan mengembangkan keterampilan berbicara. Siswa menjadi objek yang pasif. Duduk diam dan tak melakukan apapun selama guru bicara.  

Coba simulasikan, dua jam pelajaran dengan metode ceramah. 60 menit guru menjelaskan, dan 30 menit terakhir berujar, "ada pertanyaan, anak-anak?" Adakah satu, dua atau lima orang yang bertanya?  

Kelima. Waktu bicara guru tanpa sadar, membuat siswa tidak bertanggungjawab atas pembelajaran mereka sendiri. Malah guru yang mengambil tanggungjawab itu dengan berusaha lebih keras menjelaskan. Lagi, dan lagi...

Illustrated by pexels.com
Illustrated by pexels.com
Terus, Bagaimana Cara Mengubahnya?

Ada ratusan metode mengajar yang banyak dikenal oleh praktisi pendidikan. Bahkan, setiap ada pelatihan peningkatan mutu guru, perubahan kurikulum atau sekedar penyegaran profesi guru. Akan dibagikan metode baru!

Beberapa yang acapkali dilakukan semisal Brainstorming (curah pendapat), Roll playing (bermain peran), Snow Bowling (bola salju), Jigsaw (bertukar informasi), atau Picture and Picture (mengurutkan gambar).

Beberapa pilihan itu bisa dilakukan, untuk memindahkan pola guru yang banyak bicara dan aktif, menjadi siswa yang mendominasi kelas. Caranya?

Pertama. Membagi kelompok di kelas. Secara acak atau permanen. Bisa berpasangan atau lebih. Guru menciptakan kegiatan belajar yang mendorong siswa saling berbicara dan berinteraksi.

Kedua. Menstimulasi siswa sebagai pemberi informasi dan saling berbagi informasi antar siswa. Guru bukan lagi sebagai sumber informasi, tapi fasilitator sekaligus moderator dari informasi yang disampaikan.

Ketiga. Memilih instruksi yang tepat, sederhana dan jelas. Acapkali ditemukan, guru akhirnya marah, saat instruksinya tak dipahami dan musti dilakukan berulangkali. Atau jejangan pemilihan instruksi guru yang keliru?

Keempat. Menggeser peran. Guru bukan lagi pusat perhatian di kelas. Tapi semua kegiatan berpusat pada siswa. Tak perlu khawatir kelas menjadi heboh atau malah hening. Jejangan itu adalah jeda waktu anak berfikir dan menyerap pembelajaran.

Jadi?

Kukira, tugas guru tak hanya menyampaikan bahan ajar kepada siswa. Tapi membantu siswa menemukan cara belajar yang efektif buat mereka. Agar mampu mengerti dan memahami pelajaran.

Dan, hal itu bisa tercapai jika guru tak hanya menguasai materi pelajaran, metode mengajar dan membaca psikologi siswa. Namun juka kemampuan memanajemen waktu mengajar. Hingga tak terjebak dalam lumpur Teacher Talking Time.

Susah? Hayuk dicoba. Ahaaay...

Curup, 19.02. 2020

Zaldychan

[ditulis untuk Kompasiana}

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun