Kelima. Waktu bicara guru tanpa sadar, membuat siswa tidak bertanggungjawab atas pembelajaran mereka sendiri. Malah guru yang mengambil tanggungjawab itu dengan berusaha lebih keras menjelaskan. Lagi, dan lagi...
Ada ratusan metode mengajar yang banyak dikenal oleh praktisi pendidikan. Bahkan, setiap ada pelatihan peningkatan mutu guru, perubahan kurikulum atau sekedar penyegaran profesi guru. Akan dibagikan metode baru!
Beberapa yang acapkali dilakukan semisal Brainstorming (curah pendapat), Roll playing (bermain peran), Snow Bowling (bola salju), Jigsaw (bertukar informasi), atau Picture and Picture (mengurutkan gambar).
Beberapa pilihan itu bisa dilakukan, untuk memindahkan pola guru yang banyak bicara dan aktif, menjadi siswa yang mendominasi kelas. Caranya?
Pertama. Membagi kelompok di kelas. Secara acak atau permanen. Bisa berpasangan atau lebih. Guru menciptakan kegiatan belajar yang mendorong siswa saling berbicara dan berinteraksi.
Kedua. Menstimulasi siswa sebagai pemberi informasi dan saling berbagi informasi antar siswa. Guru bukan lagi sebagai sumber informasi, tapi fasilitator sekaligus moderator dari informasi yang disampaikan.
Ketiga. Memilih instruksi yang tepat, sederhana dan jelas. Acapkali ditemukan, guru akhirnya marah, saat instruksinya tak dipahami dan musti dilakukan berulangkali. Atau jejangan pemilihan instruksi guru yang keliru?
Keempat. Menggeser peran. Guru bukan lagi pusat perhatian di kelas. Tapi semua kegiatan berpusat pada siswa. Tak perlu khawatir kelas menjadi heboh atau malah hening. Jejangan itu adalah jeda waktu anak berfikir dan menyerap pembelajaran.
Jadi?
Kukira, tugas guru tak hanya menyampaikan bahan ajar kepada siswa. Tapi membantu siswa menemukan cara belajar yang efektif buat mereka. Agar mampu mengerti dan memahami pelajaran.