Memulai sebuah interaksi, entah itu pertemanan, asmara atau pekerjaan, selalu dimulai dengan membuka sebuah percakapan. Sepertinya, terlihat mudah. Namun, tak semua orang memiliki kemampuan membuka percakapan.
Percakapan yang hangat dan renyah, serta menjaganya agar berlangsung lama, butuh tips dan triks khusus. Agar pembicaraan tak terjebak pada dialog basa basi dan garing. Semisal percakapan di bawah ini ;
"Apa kabar, Bang?"
"Hamdallah, baik."
"Lagi ngapaian?"
"Pegang HP, kan?"
Pernah alami percakapan begini? Dua pertanyaan dan jawaban itu, menjadi titik pemberhentian yang tak pasti. Menjadi posisi serba salah. Mau melanjutkan pembicaraan atau berhenti.
Banyak artikel yang menuliskan tentang cara, tips atau triks untuk memulai percakapan. Dari kalimat pembuka yang formal, biasa hingga tak biasa. Baik di tempat kerja, di restoran, tranportasi publik semisal pesawat, bus atau kereta api, atau ruang tunggu rumah sakit.
Karena akan ada momentum setiap orang bakal terjebak pada situasi mesti bersama dalam waktu lama. Kayaknya aneh juga jika tak saling sapa, kan? Jika bertemu langsung, ekspresi wajah, intonasi suara serta bahasa tubuh, bisa memperbaiki keadaan.
Namun jika situasi itu dialami dengan orang yang baru dikenal melalui aplikasi WhatsApp Grup (WAG), dan belum sekalipun berjumpa, bagaimana? Jadi, aku memilih menulis pengalamanku saja, ya? Izin, ya? Â