"Sambung menyambung menjadi satu, itulah..."
Sepotong lirik lagu Wajib Nasional "Dari Sabang sampai Merauke" itu, secara otomatis terngiang. Gegara acapkali mendapat kiriman tulisan di WAG, tentang istimewanya angka tertentu yang dihubungkan dengan ragam kejadian atau peristiwa. Ada yang pernah?
Umumnya diawali kalimat menggunakan huruf kapital, TAK PERCAYA. Diakhiri dengan INI BUKAN KEBETULAN! Aku jadi berfikir. Betapa hebatnya orang Indonesia menghubung sesuatu!
Seperti rangkaian gerbong kereta api yang memanjang tanpa batas! Kusebut saja "Gaya Berpikir Kereta Api"
Aku mengingat saat penentuan nomor urut peserta Pemilu tahun 1999. Saat itu ada 48 partai politik. Seperti sebuah tradisi, maka para petinggi dan tokoh partai, mencari hal istimewa dari nomor urut partainya, kemudian menghubungkan dengan beberapa angka mistis di masyarakat.
Tentu saja akan gampang jika ada parpol yang punya nomor urut kecil di bawah angka sepuluh. Bayangkan jika mendapat angka besar semisal 47 atau 48 mesti berusaha keras, tah? Kalau 46, anggap aja partai Valentino Rossi, kan? Hihi...
Lebih jauh lagi, saat mengenang masa kecilku dulu. Terasa begitu menyenangkan, terkadang lucu dan kalau dipikirkan sekarang. Rasanya gak masuk akal. Tapi terjadi. Dan aku menjadi saksi berkenaan dengan angka-angka.
Saat itu, lagi heboh taruhan menebak hasil pertandingan sepakbola berbentuk kupon (semisal Porkas dan SDSB. Ada yang ingat?). Wuih! Mulai dari orang kaya, setengah kaya, mengaku kaya, hingga tetangga orang kaya. Antusias ikutan!
Biasanya, skor bola itu selisih sedikit, kan? Semisal 3-2, 4-0, 2-1 atau apalah! Jarang sekali dengan skor besar 9-5, 8-7 atau 9-9.