"Ayah! Coba buat kupu-kupu!"
"Ular, Yah!"
"Kalau kelinci, dua tangan, Yah?"
"Rusa, Yah! Atau jerapah? Susah, ya?"
Begitulah respon anak-anakku saat bermain bayangan. Ketika suatu malam mati lampu. Dan di rumah hanya tersedia satu lilin! Ada yang pernah? Seru, kan? Ahaaay...
Itu dulu! Beberapa tahun lalu! Kukira, semua anak kecil takut kegelapan. Ada kecemasan yang tak terungkap. Bahkan, ada yang terbangun dari tidur nyenyak yang lelap. Karena takut gelap.
Pernah juga dulu, anak-anak ditakuti oleh orang-orang tentang keberadaa sosok hantu, berwajah jelek dan mengerikan! Rumus menghadapi anak kecil versiku, adalah secepatnya mengalihkan perhatian mereka! Maka, sebagai ayah yang terpaksa ikhlas. Aku bilang saja :
"Nak! Wajah Ayah, lebih mengerikan dari hantu. Tenang saja! Belum pernah lihat hantu, kan? Di sini tak ada hantu! Karena hantu takut melihat Ayah!"
Bujukan dengan penuh keyakinan yang perih ini, sukses! Anakku tak lagi takut hantu. Tapi takut padaku. Mungkin mereka berfikir, hantu aja takut? Biarlah! Hiks...
Eh, balik lagi cerita bayangan, ya? Aku tulis tentang bayangan karena ada anggapan jika bayangan itu seperti hantu atau malah sering menghantui. Ini campuran ilmu kelirumologi, kiramologi dan logi-logi lainnya.