Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Merajah Dinding Waktu

17 Desember 2019   18:00 Diperbarui: 17 Desember 2019   17:58 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak lagi ada riuh debur ombak yang terpahat erat di sudut hari. Hanya semilir angin samudra yang resah menapaki bibir pantai paling sepi. Serasa enggan membujuk bulir-bulir pasir, menghapus jejak hati yang telah lama terukir. Namamu.

Masih terngiang gemuruh rajukmu hari itu, menyisakan jeruji nyeri di ruang pilu. Tak berhenti, ketika sepoi angin kembali mengajak sunyi menemani. Kau tak pernah menyimpan benci, pun tak ingin aku menjadi saksi. Airmatamu.

Bayangan langit tenggelam di tubir senja, menutup tabir pertengkaran serpihan alam. Membiarkan prosesi suci tak bergema, memadu gradasi warna di antara repihan malam.

Aku mengingat lekat siluet punggungmu yang perlahan menjauh pergi. Tak pernah berpaling lagi.

Meninggalkan aku, dan bisikan dulu yang merajah dinding waktu.

Lupakan aku!

Curup, 17.12.2019
zaldychan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun