Aku menyaksikan seberkas sinar di wajahmu. Saat berbincang tentang kedamaian yang disembunyikan lautan. Seakan aku bicara pada peredam suara, karena anganmu telah berendam di palung samudera.
Aku melihat selarik binar di matamu, saat berbincang tentang ketenangan yang dijanjikan puncak gunung. Seakan aku bicara pada patung, karena inginmu telah menjauh pergi berkunjung di titik tak berujung.
Nanti atau entah kapan, kau akan berbincang tentang beberapa petualangan. Ketika kita singgah pada beberapa tangkai rindu, dua helai daun cemburu, atau satu kelopak pilu. Hingga langkah kaki gagu mengiringi tuntunan pada sebuah keputusan ragu.
Mungkin nanti, atau entah kapan. Kau akan mengerti tentang indahnya perjumpaan, makna kepergian, dan arti kehilangan. Dan terburu membangun keabadian penjara rasa, agar bertahan dari serbuan serbuk-serbuk kecemasan asa.
Tak usah bertanya! Agar bayangan angan tak membebani cara, atau kau kembali terjebak di bilik jera. Tentang cinta atau terluka.
Aku ingin mengikat makna bersama. Hingga kau terlupa sisa usia.
Curup, 15.12. 2019
zaldychan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H