"Kalau ditanya ke Nunik, bukan kejutan, kan?"
Kau menatapku. Matamu menyigi mataku. Aku tersenyum. Mengingat hari itu. Kau kutemui usai ashar, di hari lahirmu. Berpakaian seadanya. Aku harus pergi lagi. Kegiatanku padat. Persiapan acara lomba di Al Jihad.
Saat itu, aku tahu. Dalam diam, kau menyimpan amarah. Kau suguhkan segelas kopi. Tak banyak bicara, terburu kuhabiskan kopi. Kuserahkan cincin itu padamu. Kutitip pesan. Agar dipakai dan tak dilepas. Aku segera pergi.
"Pernah dilepas, Nik?"
"Gak!"
"Syukurlah!"
"Kan Mas bilang, kalau dilepas..."
Ucapanmu terhenti. Kuusap pelan kepalamu. Kuanggukkan kepala mengerti. Kau tundukkan kepala. Wajahmu bersemu merah.
"Mamak udah tahu, Mas!"
"Hah?"
"Mas serahkan, pas Nunik ultah, kan? Mas ingat?"