sekeping hati ditemukan mati di tepian hari. sejak kemarin ia tebakar api. seiring timbunan asap yang kian merayap, sejalan ribuan ucap yang bersayap. bersama kesucian yang terkurung hasrat membungkam ratap
sekeping hati telah mati. sejak kemarin, sekeping nyali pun pergi bersembunyi. di antara sepi gedung-gedung tak bertuan, yang sempat merajut indah harapan. di antara riuh ruang-ruang pinggir jalan, yang pernah mengecap manis impian
sekeping hati mati.
ketika amarah lahirkan salah. ketika salah hadirkan darah. bersisa amarah, darah dan airmata.
sekeping nyali tak kembali.
Ketika salah adalah kalah. ketika kalah adalah pasrah. tertinggal salah, kalah dan airmata.
hati mati dan nyali sembunyi. kau lupa? darah dan airmata anak negeri pernah menggenangi bumi pertiwi.
Curup, 28.09.2019
zaldychan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H