Siapa bilang hujan batu di negeri sendiri lebih baik dari hujan emas di negeri orang? Kenapa mereka dibiarkan pergi menelusuri jejak-jejak lusuh di kaki mimpi. Dan, kembali untuk menjadi tamu di negeri sendiri?
Ketika kau temui hamparan pepohonan hijau terpapar harmoni awan kelabu. Kau temui ribuan aliran air bening tersekat di anak sungai yang mengering. Dan, kau tak ingin jumpai anak-anak amarah yang terluka parah.
Siapa bilang negeri ini luas terbentang dari ujung timur hingga ujung barat? Kenapa masih ada saling sikut yang hadirkan sakit? mungkinkah hal itu terjadi karena negeri ini terlalu sempit? Hingga tak lagi ada ruang untuk sekedar menanam batu, kecuali di mulut dan di perut?
Jika kau dapatkan segaris senyuman dari penderitaan yang memikul harapan. Kau temukan sebaris tawa dari kepedihan yang memanggul kebahagiaan. Dan, kau tak ingin mendengar bisikan berlumut dari nyanyian perut.
Siapa bilang?
Curup, 10.09.19
zaldychan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H