awal senja, lelaki itu menyiangi pelepah empedu yang memangku rindu di pelupuk tunggu. tak henti bertutur tentang bercak kenangan dulu, dengan senandung gagu pengusir waktu.
tangan-tangan kecil tak ingin memeluk beku. segera mengajak pergi keluh, kembali ke dinding berdebu.
kepada senja, lelaki itu menitipkan kesepian hari yang tersekat dalam rekah-rekah kegersangan hati. agar dahaga jiwa bersemayam tenang dalam kesejukan tetesan makna, dari sisa-sisa rasa yang terbiar hampa.
mulut-mulut kecil tak lagi bersenandung tentang mimpi. terbiasa menukar laju waktu menanti pagi, merelakan mimpi kembali terbakar matahari.
senja tenggelam di kegelapan legam malam. lelaki itu meracik aroma sunyi dengan senyuman penuh luka. membiarkan wanginya menelusuri belantara aksara. menjelajahi jejak-jejak kata dan cara.
wajah-wajah kecil terlelap menyemai benih-benih keinginan. menunggu sapaan embun berbingkai senyuman. tanpa luka. tanpa rasa.
Curup, 02.09.2019
zaldychan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H