Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Meracik Aroma Sunyi

2 September 2019   21:25 Diperbarui: 3 September 2019   00:15 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

awal senja, lelaki itu menyiangi pelepah empedu yang memangku rindu di pelupuk tunggu. tak henti bertutur tentang bercak kenangan dulu, dengan senandung gagu pengusir waktu.

tangan-tangan kecil tak ingin memeluk beku. segera mengajak pergi keluh, kembali ke dinding berdebu.

kepada senja, lelaki itu menitipkan kesepian hari yang tersekat dalam rekah-rekah kegersangan hati. agar dahaga jiwa bersemayam tenang dalam kesejukan tetesan makna, dari sisa-sisa rasa yang terbiar hampa.

mulut-mulut kecil tak lagi bersenandung tentang mimpi. terbiasa menukar laju waktu menanti pagi, merelakan mimpi kembali terbakar matahari.

senja tenggelam di kegelapan legam malam. lelaki itu meracik aroma sunyi dengan senyuman penuh luka. membiarkan wanginya menelusuri belantara aksara. menjelajahi jejak-jejak kata dan cara.

wajah-wajah kecil terlelap menyemai benih-benih keinginan. menunggu sapaan embun berbingkai senyuman. tanpa luka. tanpa rasa.

Curup, 02.09.2019
zaldychan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun