"Kenapa gak bilang?"
"Maaf! Lupa, Ni!"
"Alasan!"
"Iya!"
"Uni ke warung lagi. Selamat, lagi!"
"Makasih lagi, Ni!"
Sisakan senyum. Uni warung berlalu. Perempuan sebaya Uni tertuaku. Asli Tarusan sebelahan kampong dengan Amak di Pesisir Selatan. Memiliki dua anak. Satu usia SD satunya lagi SMP. Jika terbentur PR, keduanya datang padaku. Entah di momen apa. Uni warung rutin kirimkan masakan.
Di awal dulu, kuduga karena bertetangga. Atau sekampung dengan Amak. Atau barteran urusan PR. Tapi lima tahun berlalu. Uni warung masih tetap begitu. Maka, kuanggap Uni warung itu pengganti sementara. Uni tertuaku di rantau.
Aku duduk di sisimu. Kau ajukan, satu botol air mineral. Aku tersenyum. Kuraih dan kubuka tutupnya, kuserahkan padamu. Sesaat kau menatapku. Kuanggukkan kepala. Kau reguk air di botol.
"Nik mau beli. Tapi Uni gak mau dibayar!"
"Haha..."