Ada yang rindu dengan tabloid Bola? Atau si Gundul maskotnya karya Nunk? Itu yang kurasakan hari ini. Bagaimana tidak? Puluhan tahun aku menjadi pembaca tetap tabloid itu. Â
Dulu, aku akan membacanya sambil santap siang. Kebiasaan dari kecil, Jika makan atau mau tidur. Aku mesti membaca. Sampai sekarang belum berubah. Hiks..
Tak bermaksud lebay, kupilih kata rindu sebagai ungkapan kehilangan Tabloid Bola. Tak hanya pada wujud nyata, tapi juga lenyapnya kebiasaanku menikmati berita terbaru dan terhangat dari dunia olah raga.
Awal Perkenalan dengan Tabloid Bola.
Saat usia sekolah dasar pertengahan tahun 1980-an, aku bertetangga dengan seorang anggota TNI, bernama Pak Napitupulu dan Istrinya, biasa kusapa Bidan Saragih. Setiap hari, pulang sekolah, aku biasa diminta tolong untuk membeli koran Kompas.
Nah, Hari Jum'at adalah hari yang kutunggu! Karena hari itu, Kompas akan ada sisipan berupa Tabloid Bola. Pak Napitupulu, kukira tak suka berita olah raga, atau karena senang melihatku suka membaca berita olah raga.Â
Maka, saat kuserahkan koran Kompas edisi jum'at yang baru kubeli, Beliau akan menyisihkan sisipan Tabloid Bola itu untukku.
Kau tahu? Maka sejak itu, kamarku akan penuh dengan guntingan Pemain serta poster dari klub sepak bola favoritku. Kebahagiaan lain? Aku merasa jadi orang paling penting.Â
Ketika teman-tamanku satu sekolah atau beda sekolah, datang ke rumah untuk membaca. Atau terkadang meminta foto dan berita olah raga jika ada tugas kliping mata pelajaran olahraga. Namun, tabloid gratis itu terhenti tahun 1991, saat Pak Napitupulu ditugaskan ke Timor Timur.