kau berdiri di pintu.
tak pernah berucap tunggu. hanya manik matamu, tak lagi menyiratkan awan biru. aku terdiam mengunci waktu. pun dalam diam, kau mengunci hatimu.
kau masih berdiri di depan pintu.
tak sekalipun terujar pesan rindu. hanya raut wajahmu, menyimpan pasrah hasrat untuk bersatu. saat diriku berlalu, bayanganmu lenyap di balik pintu. aku tahu, kau sibuk menghitung bulir-bulir pilu.
kau tak lelah menatap pintu.
menyusun laju waktu yang menipuku. menyusuri lalu tunggu untuk bertemu. membiarkan derai airmata, untuk mengusik rindu. membenamkan uraian kisah mengusik pilu. tanpa batas waktu, menantiku.
kini, aku berdiri di hadapmu tanpa pintu.
ditemani aroma kamboja dan kelopak mawar rapuh, yang tergeletak di tanah basah. menikmati sunyi. menuai nyeri.
Curup, 11.06.2019
zaldychan