Ahaay...! Kalimat di judul artikel ini, meluncur deras dari anak lelaki kecilku. Antara suka atau malah "ngenyek" dan bisa jadi ada tafsiran dan makna lain kalimat yang berasal  mulut si kecil itu. Setelah melihat akun milikku. Haha..
Begini ceritanya. Berawal dari mengikuti samberthr Kompasiana. Dan, pada hari ke-7 tanggal 12 Mei 2019, bertema reportase dengan video; "serunya berburu takjil favorit".Â
Agar aktual dan sesuai fakta, Sore itu, kuajak anak-anak ke Pasar Ramadan. Maka lahirlah artikel "Berburu Takjil di Pasar Ramadan Lapangan Setia Negara Curup".
Nah! Bukan tulisan artikelnya. Tapi proses membuat videonya itu yang bikin "rusuh". Dimulai dengan mengambil gambar, download aplikasi edit video yang cocok dengan ponsel jadul milikku, sambil eksperimen gunakan dalil "try and error" mengedit video. Selesai? Belum!
Ceritanya, tak berhenti sebatas itu. Di kampungku, ada komunitas literasi "Pohon Baca" sudah satu setengah tahun berjalan. Serta rutin, setiap malam minggu selalu posting puisi melalui facebook. Bayangkan, jika setiap malam minggu dianggap rata-rata 30 judul puisi. Dalam satu tahun ada 1500 judul. Ditambah periodei januari hingga juni 2019 sekitar 700-an judul puisi!
Beberapa penggerak komunitas itu, tiga hari jelang lebaran datang ke rumah untuk berdiskusi. Intinya, itu puisi yang sudah di posting, mau diapakan? Sayang aja jika dibiarkan berdebu di linimasa, kan?Â
Milikku pribadi, juga banyak. Belum termasuk telah tayang di Kompasiana, angka judulnya juga ratusan. Mau dibukukan musti cari kurator dan sponsor. Kesimpulan diskusi, mumpung mau lebaran, sepakat saja masing-masing cari "ide" dulu! Eh, bukan kesimpulan, ya? haha..
Tanggal 6 Juni 2019, hari kedua Idulfitri, usai upload puisi berjudul 'Bentang Garis Takdir" di Kompasiana. Tak sengaja kulihat visualisasi puisi di youtube. Ya udah! Mumpung chanel youtube udah terlanjur ada gegara even samberthr Kompasiana. Maka semalaman, kubuatlah visualisasi puisi pertamaku dengan judul yang sama. Dan langsung mengisi peringkat kedua di playlist akun itu. Bisa disimak dibawah ini.
Gegara di hari pertama, udah 30 tayang. Kubuatlah video  visualisasi puisi kedua. Masih dari puisi yang tayang di Kompasiana tanggal 26 Maret 2019. Berjudul "Kusimpan Luka pada Lupa".Â
Judul aslinya "Kusimpan Rindu pada Lupa", gegara salah ngetik judul teks terus videonya udah jadi, baru sadar jika kata "Rindu" tertukar "Luka"! Kan, masih amatiran? Hiks...