tak mampu kulupakan guratan-guratan cara, yang terpahat di pelepah asa. menyelami butiran-butiran rasa, yang menghangat di sudut mata. dan, airmata adalah titik persembunyian jiwa, ketika asa tak pernah lagi menemukan muara.
tak henti kuseduh goresan-goresan kata,
yang terukir di bibir senja. mendaur ulang tetesan-tetesan makna, yang acapkali bersemayam diam di kepala. dan, menantimu adalah kejemuan tunggu, ketika paduan rindu tak lagi miliki pemandu.
aku keliru melepas titik-titik waktu,
yang terbiar menipu langkah padamu.
hingga terhempas paksa merengkuh selaksa empedu. di lautan perih sembilu, kurenangi maaf tak berpintu.
Curup, 27.05.2019
zaldychan
[Aksara dan Cinta]