Jarum pendek di jam dinding pada angka dua. Aku harus mengajakmu pulang ke Padang. Jika lewati waktu ashar, kendaraan akan sulit. Mesti menunggu. Jika beruntung, bisa menumpang mobil pribadi tujuan Padang. Bila tidak, harus menginap. Itu tak boleh terjadi. Kuhabiskan kopi. Aku menatap Amak Gaek.
"Jam dua, Mak! Mesti pulang!"
"Iya!"
"Nanti susah cari mobil!"
"Sebentar! Ikuti Amak!"
Amak Gaek bergerak ke dalam. Aku berdiri. Kau menatapku. Tak bicara, segera kuikuti Amak Gaek ke dalam rumah. Kau mengerti. Sejak sekolah di Padang Panjang, aku menjadi wakil Amak dari Curup di kampung. Amak Gaek, sudah menunggu di kamar. Berbincang singkat nyaris berbisik. Yang harus aku tahu, juga yang harus kulakukan.
Tak lama. Aku keluar. Duduk di sebelah Ayah Gaek. Salami tangan sekalian pamit. Kau ke dalam diajak Tek Wirda. Kemudian keluar lagi. Ada Amak Gaek di sisimu. Kau menungguku. Aku berdiri. Salami Amak Gaek, Tek Wirda juga semua yang ada di rumah gadang. Kau ikuti caraku.
"Pamit, Yah!"
"Hati-hati di jalan."
"Iya!"