saat kuingin menyerupai jarum penunjuk waktu, sebab tak pernah jemu terusik perih menunggu. mengulang tanpa kebosanan melewati alur putaran yang sama, tak peduli berkorban untuk keutuhan ribuan janji yang terlontar di dunia. kau tersenyum menyimpan tawa, tak bicara sepatah kata.
aku tak butuh penunjuk arah, kala dihempas gelombang amarah atau gairah. hanya sibuk mengayuh keinginan yang kau toreh di undakan mimpi, melebur setiap arus berduri, menguak keterbatasan jati diri. dalam rengkuh utuhku untukmu, berdua terdiam merenangi riak-riak kesedihan, menyigi ulang setiap beliung kepedihan.
setiap desau angin terburu mengusir langit jingga, seulas senyum duka tak berwujud mengobati cerita senja. kusimpan lupa pada luka. ketika airmata tak usai mengeja nama.
Curup, 11.05.2019
zaldychan