tak sempat kusisakan gumpalan rasai. seperti setapak jejak di hamparan pasir tepian pantai, seperti dialektika hujan terganti hempasan badai. hadirmu tidak tiba-tiba. bagiku keniscayaan belaka.
ketika langit berbincang tentang langit, saat malam bercengkrama tentang malam. keruh wajah berkeluh resah, berharap belai teduh tanda-tanda yang dijanjikan.
tak pantas kuucapkan rindu. ketika setiap helai raga tertunduk malu. seperti airmata terpenjara bahagia atau luka, kala memaknai pahit atau manis rasa. kau satu dari barisan laju waktu, namun mampu hadirkan cemburu jika tak bertemu.
gerak-gerik raga tersandera rasa, hiruk-pikuk kata terpelihara doa. riuh hati berpeluh dusta, menadah pinta dengan isyarat-isyarat kepasrahan.
aku tahu dan tak perlu ajukan tunggu. kau tak butuh kesiapanku. seperti garis kehidupan menuju kematian, seperti batas keberadaan dan ketiadaan. tugasku menyusuri jejakmu. tanpa ruang tanpa pintu.
Curup, 04.05.2019
zaldychan
marhaban ya ramadhan 1440 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H