warna suram kerap hadir, penganti warni pelangi ruang tamu. hingga aku terpenjara gurau risau dalam bisu. tertatih menjahit igauan lalu, mencari titik-titik keliru saat bersamamu.
seringkali kau tepis kendala dalam persembunyian doa. bertahan di bilik luka memeluk hampa. dan aku terhanyut di arus gersang duga. mengayuh riak mimpi, renangi badai curiga.
kau biarkan air mata ditelan sepi. menikam jeri yang terhenyak teka-teki lembaran janji. dan aku dipaksa memapah nyeri, menggali bongkahan duri menuai benih benci.
berkali kuajukan sesal diri berbalut tirai janji, ketika luka tak lagi luka. berkali relung hati berselimut tirai suci. ketika airmata tak lagi airmata.
tak mampu kuhapus hari. kutunggu matahari. untukmu. tanpamu.
Curup, 29.04.2019
zaldychan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H