sepenggal rindu tertinggal di pelupuk sepi. lekat tercacah kabut di dedaunan sunyi. yang tergopoh memanggul embun penanda pagi. penggal kerinduan tak berwujud, bukan pada diam yang tersisa, hingga bersemayam dan bermalam di bilik kelam. tapi rindu kenangan berbentuk bayangan masa silam.
kau bisa saja letih mengerti, saat kuceritakan tentang helai-helai legam berpilin terjalin di balik selendang, atau raga halus yang terkurung dan terjaga di balik stagen panjang, duduk bersimpuh menautkan lutut menunggu tanpa memandang, atau bersembunyi dari ruang tamu agar aral tak melintang.
masa silam adalah kerinduan risau, bak menanti harmoni gemercik keinginan di pancuran kebutuhan kala musim kemarau. menjajal lekuk kekosongan luang, tak lagi menunggu waktu melepaskan kekangan. tapi mengejar impian yang berpadu jebakan. bila saatnya kau tetiba ragu, dan cemburu ke masa lalu.
aku tak akan menyalahkanmu, tak jua terbesit keakuan mencegahmu meraih peran sekuat juang menaklukkan matahari. perjuangan keberadaan bukan kesamaan, sebab dalam peperangan tak lagi saling membutuhkan. persamaan bukan garis sejajar, ketika melingkari alur waktu tak pernah saling bertemu. kebersamaan adalah wujud perbedaan dan penerimaan pada dimensi kelebihan juga kekurangan
21.04.2019
zaldychan
[Hari Kartini]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H