Hening. Aku diam, Kau pun diam. Entahlah! Terlalu sulit bagiku Untuk ungkapkan rasa. Apatah lagi ucapkan cinta. Padahal hanya satu kata. Keadaan dan keberadaan, Memaksaku untuk menyimpan kata itu. Kukira kau pun sepertiku.
Belum layak untukku. Mendengar kata cinta darimu. Tapi, kau juga aku dan mengerti. Ada rasa itu, Tanpa harus diujarkan. Kau menunduk. Memainkan tissu di tanganmu. Bening itu, tak lagi ada. Tapi wajahmu ungkapkan duka.
"Nik, mau makan?"
Kau menatapku. Gelengkan kepala, kembali menekuk wajahmu. Dua jam, duduk di bofet. Pengunjung silih berganti. Kecuali pemilik, aku juga kau yang masih di bofet. Meja yang sama. Tempat duduk yang sama, dan menu yang sama. Jus alpokat. Kutuang ke gelasmu dari isi gelasku dan kuajukan di hadapmu. Kuhabiskan isi gelas. Aku menatapmu.
"Habiskan, ya? Kasihan pemilik Bofet!"
"Eh?"
"Kalau bukan gegara Bang Zul, kita sudah disuruh pergi. Haha..."
"Hah?"
"Dua jam, cuma numpang duduk!"
"Ooh...."