kepak sayap-sayap lelah, sajikan ode-ode kematian. retak paruh-paruh patah, senandungkan serenade-serenade kehampaan. terkungkung di bilik-bilik batu, terkurung di lesatan bias-bias waktu.
senyummu di balik besi-besi jeruji. berkisah kesah-kasih elegi hari. dan, tertulis pada prasasti hati. pun kau mengerti, tak usah mengusir diri dari negeri. tika syair-syair mimpi, membelenggu diri.
cengkraman gagak hitam menguak tiang-tiang gantungan. menghajar keranda-keranda kepalsuan. mengurai sisa-sisa amarah, batas hidup bukan darah.
senyummu tertatih letih hari ini. badanmu tak lagi tersembunyi di bilik besi-besi berjeruji. tanganmu pun, tak pula berhias buhul-buhul besi. kau hancurkan prasasti. kembali membeli mimpi, sebagai anak negeri.
gagak hitam melesat ke langit kelam. mengukir bisikan cahaya malam. kepak sayap-sayap patah, bukan ode kematian. retak paruh-paruh patah, pun bukanlah serenade kepalsuan. kau tahu? impian bukanlah makna kehidupan.
Curup, 11.03.2019
zaldychan
Siti Aisyah : untukmu yang terbebas dari kematian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H